Minggu, 30 Oktober 2016

Azka

Cerita ini sudah pernah di unggah pada 29 Juni 2013 dan sudah mengalami proses penyuntingan. Naskah asli tertera pada: http://fiksi-teenlit.blogspot.co.id/2013/07/flash-fiction-azka-yang-ku-benci.html

Aku selalu membenci anak kecil itu. Dia selalu disayangi, diperhatikan, dan bahkan diistimewakan. Aku tidak tahu apa alasan yang semua orang lihat pada anak kecil itu. Bagiku, dia hanyalah anak laki-laki berumur 5 tahun, dan sangat menyebalkan. Entahlah mengapa aku sangat membencinya, mungkin karena nasib dia begitu beruntung dibandingkan denganku? 

Aku dan Azka adalah kakak-adik. Saat ini aku berumur 17 tahun dan perbedaan kami sangatlah jauh. Aku tumbuh sebagai remaja yang dulu sangat disayangi oleh orangtuaku juga keluarga besarku. Bahkan, mereka sangat memperhatikan hal-hal kecil tentangku, seperti keseharianku, apa saja yang aku suka, siapa saja teman laki-lakiku, ataupun hal-hal kecil lainnya. Tetapi itu semua tidak bertahan lama semenjak anak itu hadir di bumi ini. Perhatian seluruh keluargaku kemudian terpengaruh dalam kebiusan matanya yang coklat dan pipinya yang selalu menggembung.

Semua orang menyukainya, tetapi tidak dengan aku. Karena anak kecil itu, ketika aku sakit, aku tidak diperhatikan lagi. Padahal, sakitku dengan Azka hanya berbeda 3 hari yang kemudian disusul olehku, sedangkan semua anggota keluargaku hanya memperhatikan AzkaAku memang sudah besar, tapi apakah aku tidak membutuhkan kasih sayang keluargaku, terutama orangtuaku? Aku sangat membutuhkan itu.

Maka ketika, aku diberikan kepercayaan lagi untuk merawat Azka, aku menerimanya dengan senang hati, memperlihatkan senyum manisku yang selalu kupajang setiap harus merawat Azka. Ketika rumah sudah sepi, aku melihat Azka sedang bermain dengan bola kecil yang digenggamnya. Aku tersenyum kepadanya, dan dia pun ikut tersenyum, melihat itu aku menggeram dan langsung menggendongnya. Lalu, dengan hati-hati dan memastikan tidak ada yang melihat, aku menaruh Azka dibelakang kemudi mobil. Ketika sudah sampai di tempat tujuan, aku menaruh Azka begitu saja di lantai, membiarkan Azka merasakan dinginnya lantai marmer tanpa alas, sambil memberinya bola biru bertuliskan ‘Azka’ dan aku sudah melaksanakan keinginanku dengan sempurna, menaruh Azka jauh dari kehidupanku. Di gudang sebuah rumah tua. Tidak lama lagi, Azka akan benar-benar jauh dari kehidupanku. Aku pun tersenyum, dan menutup pintu gudang rapat-rapat.

Hari sudah siang, dan aku memutuskan untuk kembali ke rumah sambil menenteng minuman kesukaanku, milkshake chocolate, ketika aku membuka pintu rumah,  aku tercengang tak kala melihat banner besar di dinding rumah bertuliskan ‘Happy Birthday Azki 18th. We Always Love You’ dan semua keluarga besarku membawa kue dan kado, sambil menghampiriku mengucapkan selamat, doa, dan semua itu tidak dapat mengubah kesadaranku. Aku tetap diam. Mama menghampiriku, dan memberikan aku sebuah gambar yang tidak jelas, akan tetapi meskipun begitu aku tahu kalau di dalam gambar itu terdapat aku. Disudut kanan atas ada tulisan yang membuatku semakin diam tanpa kata-kata ‘Azka sayang kakak Azki yang baik’.

“Azka buat ini untuk kamu karena dia suka menggambar, liat nih muka kamu, ini buatan dia loh, dia buat ini hampir seminggu, buatnya di kamar mama, yah mama hanya membantu membuat tulisannya saja. Azka lucu ya, dia sampai  nggak mau tidur kalau belum selesai menggambarnya.. Eh, Azki mau kemanaa???”

Aku tidak memperdulikan suara teriakan mama, aku mengemudikan mobil seperti orang kesetanan, tidak memperdulikan setiap mobil-mobil yang membunyikan klaksonnya. Ketika sampai, aku berlari, menerobos, dan membuka pintu gudang dengan tidak sabar. Ketika pintu itu terbuka, bau tidak sedap tercium dan kulihat adikku duduk lemas bersandarkan dinding. Aku menghampirinya, memeluknya, dan aku mendengar suara yang selama ini ingin sekali aku enyahkan, dia kemudian mengatakan “Kak...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar