Selasa, 10 Januari 2017

Review Film: My Annoying Brother (Hyeong)




Judul: My Annoying Brother
Genre: Drama
Sutradara: Kwon Soo Kyung
Penulis Naskah: Yoo Young A
Pemain: Cho Jung Seok, DO Kyung Soo, Park Shin Hye
           
Salah satu film Korea di akhir tahun yang ditayangkan di Indonesia adalah film berjudul My Annoying Brother. Garapan dari kolaborasi yang terkenal antara sutradara, penulis naskah, dan pemeran utama yang selalu dinanti-nanti penggemarnya. Sang sutradara, Kwon Soo Kyung pernah menjadi sutradara di film sebelumnya yang bertajuk drama komedi, yaitu film Barefoot Kibong, sedangkan Yoo Young A merupakan penulis naskah dari film sebelumnya, yaitu Miracle in Cell No 7.

My Annoying Brother bercerita tentang atlet judo, Doo Young (DO Kyung Soo) mengalami cedera yang mengakibatkan dirinya buta, sang kakak Doo Sik (Cho Jung Seok) memanfaatkan hal tersebut di penjara untuk mendapatkan bebas bersyarat dengan berdalih menjaga adiknya. Kebebasan itu dimanfaatkan Dook Sik untuk bersenang-senang, sedangkan Doo Young semakin terpuruk dengan kedatangan kakaknya. Melihat hal itu, Pelatih judo (Park Shin Hye) turut prihatin dan terus mencoba mengembalikan semangat judo Doo Young, dan meminta bantuan Dook Sik agar menjadi kakak yang baik.

Mengangkat tema keluarga dan dibalut dengan komedi membuat film ini sangat menarik untuk dinikmati. Adegan bromance kedua aktor berhasil memperlihatkan chemistry persaudaraan yang menarik dan lucu. Ketika, Doo Young dan Dook  Sik mulai menjalani misi yang sama untuk mencapai kebahagiaan, disitulah takdir yang membuat hanya satu diantara mereka yang benar-benar akan bahagia. Film ini merupakan sajian yang ringan dan pas dinikmati di akhir tahun, tidak hanya itu, film ini juga dapat menyentil tiap penontonnya, terbukti film ini sanggup menembus jajaran Box Office di Korea. 

KENAPA KAMU HARUS NONTON INI?

1. Sutradara dan Penulis Naskah
Film ini cukup jadi pertimbangan apabila kamu sudah menonton Barefoot Kibong yang disutradarai oleh Kwon Soo Kyung. Kalau saya, mempertimbangkan dari penulis naskahnya (Yoo Young A) yang filmnya terbukti fenomenal karena berhasil menguras airmata penonton yaitu Miracle in Cell No 7. Saya menjadi penasaran bagaimana kolaborasinya apakah sanggup selesai nonton bisa mencak-mencak? 


2. Pemain 
Siapa yang nggak kenal Cho Jung Seok? Baru aja selesai dari drama barunya Jealously Incarnate yang ratingnya juga lumayan tinggi, drama yang segar apalagi perannya di drama itu lucu banget. Nggak jauh berbeda, di film ini akting Cho Jung Seok juga menganut ngeselin-ngeselin-eh-bikin-baper! Lalu, ada DO personil boygroup EXO yang imut dan karier dia selama main film cukup mendapat sambutan yang baik karena aktingnya yang dibilang bagus! Terbukti juga nih, DO walaupun sebagai idol dia bisa membuktikan keseriusan aktingnya, apalagi DO disini protagonis banget ya, menderita karena buta, dan nggak punya siapa-siapa selain kakaknya yang ngeselin. Adalagi Park Shin Hye, kalau ini sih pasti langsung tau ya? Kalau yang sering nonton dramanya pasti tau, gimana dia selama ini berperan, yah nggak jauh beda juga sama di film ini.


3. Tema Keluarga
Biasanya tema yang mengangkat keluarga ini sensitif ya, maksudnya itu karena berhubungan dengan keluarga yang notabene dekat sekali dengan kita, jadi apa yang disampaikan tentu lebih mudah didapat. Seperti cerita ini biar mereka saudara tiri tapi yang namanya dipersatukan dalam keluarga pasti akan ada keterikatannya sendiri, salah satunya BROMANCE. Di Korea, bromance yang lucu nan gemas nggak dianggap aneh, malahan itu memperlihatkan sekali persaudaraannya dan jadinya orang respect!


Rate: 3/5

Jingga untuk Matahari, Peluncuran Novel Bergaya Unik


Novel Jingga untuk Matahari merupakan novel teenlit  karangan Esti Kinasih yang bercerita tentang tokoh bernama Matahari Senja dan Jingga Matahari yang dipertemukan di SMA Airlangga. Novel pertamanya berjudul Jingga dan Senja (2010) menjadi awal sebab munculnya konflik, dimana Matahari Senja yang biasa dipanggil Ari mencari saudara kembarnya yang terpisah sejak kecil bernama Matahari Jingga atau Ata. Munculnya anak baru bernama Jingga Matahari atau yang biasa dipanggil Tari, menjadi sebuah petunjuk dan angin segar bagi Ari untuk menemukan saudara kembarnya.

Terbitnya Jingga untuk Matahari (2017)  merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya, yaitu Jingga dalam Elegi (2011) yang banyak membuat pembaca sekaligus penggemar tokoh sang Matahari menjadi kalang kabut, pasalnya novel tersebut dirilis lebih awal dengan sistem Pre-Order, dan sudah dinanti-nantikan oleh penggemarnya selama hampir 6 tahun. Kemunculan yang terasa mendadak, membuat pembaca bimbang dan bertanya-tanya, bagaimanakah akhir dari cerita Jingga Untuk Matahari?

Peluncuran novel Jingga untuk Matahari (18/12/2016) diadakan lebih awal di Gramedia Palmerah. Peluncuran  tersebut mengusung tema yang sangat unik, yaitu upacara bendera. Selayaknya upacara sekolah, penggemar yang akan menghadiri acara tersebut diharapakan untuk memakai seragam SMA dan akan mendapatkan hadiah menarik. Menyesuaikan dengan penggemar yang akan datang, pihak Gramedia pun ikut memakai seragam SMA dan menjadi petugas jalannya upacara. Peluncuran novel tersebut diwanti-wanti oleh pihak Gramedia untuk datang pagi, dikarenakan hanya menyediakan bagi penggemar yang sudah melakukan sistem Pre-Order pada tahun 2011 dan 500 eksemplar bagi penggemar yang datang lebih awal. 

Sumber: Gramedia Pustaka Utama

Teriknya matahari, tidak menyurutkan penggemar untuk antri dan bersiap mengikuti upacara, bahkan demi totalitas dan menghidupkan suasana SMA, petugas upacara melakukan briefing dan latihan lebih pagi guna memperlancar acara.  Tak tanggung-tanggung, pihak Gramedia juga menyediakan kantin yang dapat dinikmati secara gratis untuk penggemar buku Esti Kinasih. Uniknya lagi, upacara yang diadakan memarodikan tokoh-tokoh novel yang ada di buku Esti Kinasih, kehebohan demi kehebohan pasca upacara terus berlanjut tak kala tokoh utama dari Ari dan Tari datang terlambat, dan Bu Ida selaku guru yang berjaga di upacara marah besar sehingga upacara menjadi terfokus pada Ari dan Tari. Estikinatic (sebutan penggemar Esti Kinasih) dan Jingga Matahari Senja atau JMS (sebutan untuk penggemar tetralogi Jingga dan Senja) yang melihat kejadian tersebut langsung terhibur dan segera mengabadikan momen  yang terjadi, sebagaimana kejadian tersebut merupakan flashback dari cerita awal  Jingga dan Senja, dimana Ari datang  terlambat saat upacara dan bertemu dengan Tari. Keriuhan semakin menjadi ketika kepala sekolah berhasil melerai pertengkaran  tersebut, dan munculnya Esti Kinasih ke podium

“Terima kasih untuk semuanya yang udah datang pagi-pagi ya, saya mengikuti launching dari dalam sini, bercucuran airmata tadi melihat Ari dan Tari,” tutur Esti yang segera disambut dengan candaan oleh tokoh parodi Ari dan Tari.

Sumber: Gramedia Pustaka Utama

Kedatangan Esti Kinasih menjadi resmi dibukanya peluncuran novel Jingga untuk Matahari yang sudah disambut hampir 500ribu penggemar dengan tidak sabar. Sesi tanda tangan pun dibanjiri Esti Kinasih dengan ucapan selamat serta doa dari penggemarnya, walaupun status novel tersebut berlogo teenlit dan dikhususkan untuk remaja,  kemunculan selama hampir 6 tahun novel tersebut telah menjelmakan penggemar Esti Kinasih dari yang pelajar menjadi mahasiswa-mahasiswi pengejar toga, pekerja, bahkan sudah menjadi sosok ibu rumah tangga. Status yang sudah berubah tetap tidak menyoroti raut bahagia penggemar tak kala novel Jingga untuk Matahari sudah berada digenggaman.

 “Sebetulnya karena itu tulisannya mbak Esti. Apapun karyanya, pasti bikin pembacanya melting. Dari segi bahasa, buku Esti itu detail sekali, dan dari awal, permasalahannya itu deep. Cukup kompleks untuk anak remaja. Mungkin itu penyebab ibu-ibu rumah tangga macam saya masih bisa nikmatin” ucap Nagita selaku penggemar setia Esti Kinasih.

Pre-Order kedua pun disediakan lewat website bagi pembaca yang tidak bisa hadir, dimulai dari tanggal 19 – 25 Desember 2016 dan hanya tersedia sebanyak 1000 eksemplar. Menariknya, hanya dalam waktu 2 hari, buku Jingga untuk Matahari sudah habis diburu penggemar. Bagi pembaca yang belum kedapatan, harap bersabar menantikan novel Jingga untuk Matahari di toko buku terdekat pada 16 Januari 2017.

Peluncuran novel Jingga untuk Matahari karya Esti Kinasih ini benar-benar sukses dan disambut dengan meriah. Antusiasme pembaca dari berbagai kalangan membuktikan Esti Kinasih sanggup menyatukan berbagai generasi serta menjadikan novel teenlit tidak hanya dapat digemari oleh karangan pelajar. Selamat Esti Kinasih atas buku ketiganya! (Claudia)

Telah diterbitkan di Buletin Kieran, Desember 2016